Kamis, 06 November 2008

Profil singkat Barack Obama, Kandidat Presiden AS Yang Pernah Tinggal di Indonesia

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Ini dia tokoh populer di Amerika Serikat saat ini. Bersaing secara ketat dengan Hillary Clinton, Obama menjadi idola dan panutan anak muda Amerika

Karir politik Barack Obama melejit. Kemampuan berpolitiknya ditopang kemampuan retorika yang mempesona, kharisma yang berkobar dan senyum menawan. Itulah yang menjadi perhatian kaum muda yang saat ini sedang kecewa dengan politik modern.

Sebenarnya siapa sih Obama ?

Barack Hussein Obama, Jr, lahir 4 Agustus 1961, adalah seorang Senator dari Illinois. Ia menjadi perhatian dunia karena pidato utamanya pada Konvensi Nasional Partai Demokrat 2004, ketika ia masih menjadi Senator Negara Bagian Illinois. Tahun itu juga, ia menjadi orang keturunan Afrika pertama yang memenangkan pemilihan ke Senat AS sebagai seorang Demokrat.

Obama dilahirkan di Queen's Medical Center di Honolulu, Hawaii dari ayah ekonom lulusan Harvard, Barack Hussein Obama, Sr., dari Kenya, dan ibu Ann Dunham, dari Wichita, Kansas. Waktu Obama dilahirkan, kedua orangtuanya adalah mahasiswa di East-West Center di Universitas Hawaii di Manoa.

Ketika berusia dua tahun, orangtuanya bercerai. Ayahnya kembali ke Kenya, dan ia hanya bertemu dengan anaknya sekali lagi sebelum meninggal pada 1982. Ann Dunham kemudian menikah dengan Lolo Soetoro, juga seorang mahasiswa East-West Center (MA Geografi 1962) dari Indonesia.

Pada masa kecilnya Barack menggunakan nama 'Barry'. Keluarga ini kemudian pindah ke Jakarta, di mana adik tiri Obama, Maya Soetoro-Ng, dilahirkan (Obama juga memiliki saudara-saudara tiri dari ayahnya yang menikah lagi). Ketika Obama berusia 10 tahun ia kembali ke Hawaii dan diasuh kakek-neneknya, Madelyn Dunham.

Masa Kecil di SDN Menteng 01
Barack Obama, orang kulit hitam pertama yang kini dijagokan jadi calon presiden Amerika Serikat pada Pemilu 2008, dikenang oleh guru dan teman-temannya di SD Menteng, Jakarta, sebagai murid bertangan kidal yang cerdas.

Sosok kepemimpinan Barry memang sudah terlihat sejak bergabung dengan Pramuka sekolah. Pertama datang ke SDN 1 Menteng, Barry tidak bisa bahasa Indonesia. “Dia diantar ibunya, orang bule,” kenang Bandung Winardiyanto, kakak kelas Obama.

Karena teman-teman satu kelas tidak ada yang bisa bahasa Inggris, Barry pun kesulitan berkomunikasi. Layaknya siswa baru yang “antik”, pria kelahiran 4 Agustus 1961 itu kerap jadi bulan-bulanan teman sekolah.

“Dia (Barry) dijulukin Si Lentik Barry karena bulu matanya lentik sekali, rambutnya keriting khas orang Afrika,” ceritanya. Selain itu, Si Lentik pun dijuluki Si Hitam karena kulitnya berwarna gelap. “Tapi dia sih cuek aja dibilang gitu,” kata Bandung tertawa.

Meski tak bisa bahasa Indonesia lancar, Barry mudah bergaul dengan teman-teman seangkatan bahkan seniornya. Kenangan terindah bersama Barry ketika camping di sekolah.

“Kami senior dan junior menjabat sebagai Pramuka penggalang,” ungkapnya. Kegemaran Barry main tali-temali dan lomba lari. Pokoknya anaknya tak bisa diam, hiperaktif dan sering bertanya,” terang Bandung. Barry juga sering didaulat menjadi pemimpin regu.

“Dia tak pernah memilih-milih teman sampai suka jajan di kios Kamid,” ceritanya. Kios Kamid berdiri sejak tahun 60-an menjual permen, ciki-cikian (sejenis makanan ringan), dan cokelat. Kami sering jajan bareng,” katanya.

Karir Politik, Harapan & Perubahan
Karir politik Obama bermula dari konvensi nasional Partai Demokrat pada 2004. Saat itu orang langsung membandingkan dia dengan tokoh-tokoh semacam Martin Luther King Jr, dan ikon Demokrat, John dan Robert Kennedy.

Sejak itulah ia mengembangkan mantra `harapan dan perubahan`. Ia juga menggambarkan pesaingnya, Hillary Clinton, sebagai simbol sistem politik yang rusak dan harus diperbarui segera.

"Ini saat kita akhirnya mengalahkan politik yang menakut-takuti, meragukan dan sinis. Politik ini malah memecah, bukan membangun negara ini," kata Obama kepada pendukungnya.

"Sejak saat ini, anda akan melihat ke belakang dan mengatakan, inilah waktu dan tempat Amerika mengingat apa artinya harapan," lanjutnya.

Karena dua tahun di Kongres dan satu periode sebagai legislator lokal, banyak orang menganggap kampanye Obama sekarang prematur. Dalam bukunya The Audacity of Hope, Obama menjelaskan mengapa ia tidak menunggu giliran untuk bertarung masuk Gedung Putih.

Ia mengaku sangat termotivasi dengan ucapan Martin Luther King Jr tentang `kepentingan yang sangat mendesak` bagi sebuah gerakan akar rumput untuk mendesakkan perubahan.

Ia bahkan sering merenungkan harga yang harus dia bayar untuk menyukseskan kampanyenya, yaitu kehilangan waktu untuk sang istri Michelle dan dua anak perempuannya Malia dan Sasha.

Sebagai kaum kulit berwarna, ia kerap menyebut diri sebagai juru bicara generasi mendatang. Secara implisit berupaya memisahkan diri pejuang kulit hitam pendahulunya seperti Jesse Jackson dan Al Sharpton yang saat ikut pemilu presiden kurang mendapat perhatian dari kaum kulit putih.

Dalam sebuah wawancara dengan AFP, Obama mengaku bahwa hidup di Indonesia telah membuka matanya. Ia melihat kesenjangan lebar antara kaum miskin dan kaya di seluruh dunia, serta dampak pergolakan politik pada rakyat jelata.

"Itu menyadarkan saya tentang jurang lebar di seluruh negara di dunia ini. Ini juga membuat saya sangat memahami betapa orang bisa sedemikian miskin, bagaimana isu-isu korupsi bisa menghilangkan peluang orang," imbuhnya.

Setelah tamat sekolah menengah, Obama kuliah di Universitas Columbia, lalu masuk ke Harvard Law School. Di situlah ia menjadi mahasiswa kulit hitam pertama yang menjabat presiden Harvard Law Review, sebuah lembaga yang sangat berpengaruh.

Semasa kuliah ia sempat bekerja sebagai pengelola komunitas di Harlem New York dan South Side Chicago, dua wilayah paling keras di AS. Saat itu ia membentuk sebuah keluarga.

Ia pun terjun ke politik di Illinois sebagai pengacara yang membela hak publik. Ia pun berhasil tiga periode menjadi senator negara bagian, sebelum berhasil menjadi senator AS pada 2004. Pidatonya saat itu membuat dunia melihat lahirnya seorang bintang baru politik AS.

"Tidak ada kulit hitam Amerika, kulit putih Amerika, Latino atau Asia Amerika, kita satu bangsa. Kita semua berjanji setia pada bendera Amerika, kita semua mempertahankan Amerika Serikat," serunya yang mengundang tepuk tangan membahana. (afp/ly)

Create your own banner at mybannermaker.com!

Tidak ada komentar: